Ilustrasi (iStock)
Moslemcommunity.net - Seorang pelatih tinju memalsukan kematiannya dengan bantuan kepolisian. Ia melakukan hal tersebut setelah mengetahui istrinya menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi nyawanya.
Pria tersebut, Ramon Sosa (50), bertemu dengan istrinya, Maria 'Lulu' Sosa, di sebuah kelab salsa Texas, Mi Luna pada 2007. Kala itu, ia mabuk cinta karena paras Lulu yang cantik.
Duda tiga anak itu merasa puas setelah berhasil merayu dan kemudian menikahi perempuan impiannya tersebut.
Hidup mereka awalnya berjalan dengan baik. Namun, semuanya berubah pada awal 2015, saat keluarga mereka terkena masalah finansial.
"Saya pikir kita akan melalui ini semua (bersama-sama)," ujar Ramon. "Lalu tiba-tiba Lulu mengatakan, 'saya ingin cerai'," ujar Ramon.
Masalah finansial itu membuat Lulu (43) serius untuk menghabisi nyawa suaminya. Hal itu ia lakukan semata-mata agar mendapat uang dari asuransi.
Niat jahat itu terungkap saat Ramon menerima telepon dari teman lamanya, Gustavo.
"Tanpa disengaja, Lulu menemui seorang pria bernama Gustavo untuk merencanakan pemukulan terhadap saya, tanpa mengetahui bahwa kami adalah teman," kata Ramon seperti dikutip dari News.com.au, Kamis (9/11/2017).
"Saya mengenal Gustavo, karena saya yang melatih dia. Dia pernah mempunyai masalah di masa lalu. Pada awalnya, saat ia menelepon dan mengatakan ingin bertemu dengan saya, karena ada orang yang ingin membunuh saya, sepertinya dia sedang bercanda," jelas Ramon.
"Lalu kami menyusun sebuah rencana, Gustavo merekam saat dia (Lulu) menyerahkan uang untuk membunuh saya, sebelum menyerahkan bukti tersebut kepada polisi," lanjut Ramon.
Pura-Pura Mati untuk Mengelabuhi Lulu
Setelah menyerahkan rekaman kepada polisi di Houston, Texas, Amerika Serikat, Ramon bekerja sama dengan detektif untuk membuktikan kekejaman istrinya. The Sun melaporkan bahwa Lulu menawarkan 1,500 pound sterling, sekitar Rp 23.000.000, untuk membunuh suaminya.
"Setelah merekam pertemuannya dengan Lulu, Gustavo mengaku mengenal dua orang tukang pukul (untuk dikenalkan kepada Lulu). Lalu kami memberikan rekaman tersebut kepada polisi, yang kaget dengan bukti tersebut -- tetapi kemudian memberikan rencana yang bagus (untuk menjebak Lulu). Mereka menyuruh saya untuk pura-pura tewas, lalu menunjukkan bukti berupa foto kepada Lulu," jelas Ramon.
Dengan bantuan dari FBI, Texas Rangers mengecat darah pada tubuh Ramon, seakan-akan seperti ditembak pelipisnya.
Setelah itu, mereka membawanya ke suatu gurun di Texas dan menguburnya di tanah yang sudah digali sebelumnya.
"Berbaring di tanah dan pura-pura mati adalah (pengalaman yang) buruk," ingat Ramon. "Saat pertama kali saya bertemu dengan Lulu, saya tentu saja tidak mengira hubungan kami akan berakhir seperti ini," ujar Ramon.
Para pembunuh bayaran palsu itu pun mengambil foto 'jasad' Ramon -- padahal Ramon tinggal di hotel selama tiga hari. Sementara, foto tersebut diberikan kepada Lulu.
"Salah satu 'tukang pukul' yang sebenarnya adalah anggota polisi sedang menyamar, bertemu Lulu di tempat parkir dan menunjukkan foto tersebut," kata Ramon. "Dia malah tertawa," lanjut Ramon.
Tetapi sekarang Ramon-lah yang tertawa. Lulu dinyatakan bersalah karena pembunuhan dan diberi hukuman 20 tahun penjara pada bulan Oktober 2016.
liputan6